Jumat, 29 Oktober 2010

Gigi bungsu…




Ini merupakan kisah yang paling bersejarah dikehidupan saya. Bagaimana tidak…untuk pertama dan terakhir kalinya akan dilakukan pengangkatan gigi Molar ke 3 (gigi bungsu). Mungkin pembaca bertanya2…kenapa harus diangkat??? Kenapa nggak dibiarkan aja tertanam didalam tulang rahang seumur hidup? Kenapa bisa ngga tumbuh seperti gigi lainnya?? Kenapa bisa begini??? Kenapa bisa begitu???
Ngga bisa dipungkiri…mungkin diantara para pembaca blog ini sekalian pasti ada salah satu yang bernasib sama dengan saya (tersedia sesi tanya jawab di komen paling bawah). Setidaknya pasti mengalami proses tumbuh gigi bungsu kan? Jadi disini saya akan sedikit menjelaskan mengenai si gigi bungsu yang malu untuk keluar dari persembunyiannya.

Gigi manusia…kita…berjumlah 32 (gigi dewasa). 28 tumbuh kepermukaan gusi secara bertahap mulai usia 6 hingga 19 tahun. Nah… gigi geraham bungsu kita, umumnya akan mulai muncul kepermukaan gusi umur 17-22 tahun.
Ada beberapa kasus, mengapa proses pertumbuhan dari gigi2 bungsu ini  dikatakan tidak normal, yaitu:
  1. benih gigi yang memang tidak ada, merupakan bawaan lahir…hohoho bersyukurlah kalian yang berkasus seperti ini. Kenapa??? Karena sebenarnya gigi geraham bungsu tidaklah bergitu berguna untuk pengunyahan.
  2. benihnya ada, tetapi posisi tumbuhnya yang tidak normal. Ini nih…kasus gigi saya.
Baiklah…saya akan sedikit menjelaskan dengan singkat penyebab mengapa posisi tumbuh gigi geraham bungsu bisa abnormal? Jawabannya bisa karena genetic atau turunan…maksudnya bukan papamama kita nurunin posisi gigi yang abnormal sama anaknya. Tetapi, variasi ukuran rahang dan ukuran gigi, misalnya jika seseorang memiliki keturunan berahang kecil dengan variasi ukuran gigi yang agak besar. Maka, tempat untuk gigi tumbuh seluruhnya menjadi kurang. Inilah yang menyebabkan timbulnya gigi berjejal atau bahkan tidak ada tempat untuk erupsi ( munculnya gigi ke atas permukaan gusi).

Kenapa harus ???
Tidak harus jika gigi tersebut tumbuh normal dengan posisi yang benar. Tapi akan menjadi suatu keharusan apabila gigi tersebut menimbulkan keluhan. indikasinya seperti:
  1. Posisinya yang tumbuh miring, tumbuh menekan gigi sebelahnya, tentu saja akan sakit, sulit dibersihkan kemudian akan berlubang. Sangat tidak menguntungkan.
  2. terkait dengan patologi folikular, terkait dengan kista atau bahkan neoplasma.
  3.  usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai duapertiga bagian. Dimana periode emas untuk pencabutan yakni usia 18 tahun. Secara umum, sebaiknya gigi molar ketiga (geraham bungsu) dicabut pada waktu masih muda, usia dibawah 25-26 tahun. Kenapaa???? Alasannya ada dua, pertama mineralisasi tulang belum begitu padat, sehingga trauma yang ditimbulkan pasca operasi minimal, kedua celah ligamentum (celah antara gigi dan tulang ) mengecil atau tidak ada.
  4. adanya infeksi, seperti perikoronitis. Abnormalitas erupsi sering mengakibatkan pembentukan operkulum, (suatu flap gingival/gusi yang menutupi sebagian permukaan gigi yang erupsi. Daerah ini sering terjadi penumpukan sisa makanan dan dapat menjadi tempat proliferasi mikroorganisme (tempat berkembangbiaknya bakteri). Bisa jadi radang loh…juga bengkak.
  5. Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonsi. (ituh…buat org2 yang akan dirawat pake kawat gigi). Yakni untuk mencegah terjadinya relaps pasca perawatan.
  6. Apabila gigi molar ke 2 (gigi geraham ke 2) dicabut tetapi kemungkinan gigi geraham bungsu untuk tumbuh normal sangat kecil.

Alasan mengapa keempat gigi saya harus dibuang adalah:
  1. tertanam dalam tulang rahang. Ini karena tidak ketidakcukupan tempatnya untuk tumbuh. Sangat diindikasikan untuk diangkat segera sebelum saya bertambah tua.
  2. ketakutan saya, ngga menutup kemungkinan kan? Jika suatu saat nanti terjadi kista di rahang sendiri. Jadi sebelum itu terjadi…mari kita buang segala bentuk benda asing dalam tubuh. Hakhakhak
  3. kebetulan…hehe..saya kenal dengan Spesialis Bedah mulut yang sangat berpengalaman dalam bidangnya. Jadi ngga gitu takut buat di eksekusi.

Pagi menjelang, saya berangkat dari kos sekitar pukul 08.00 AM, santai tanpa ekspresi (masih ngantuk, maklum..mahasiswa co ass kebanyakan main). Ampul anastesi, obat resep telah diminum (entah kenapa dokter itu meresepkan saya Valium…ketenangan yang sangat dalam melanda saya pagi itu), sepedamotor bersih, baju bersih, semua perlengkapan telah dibawa.

Sampai dikampus…beliau telah datang.. ia bertanya “ udah minum obatnya ci?? Sekarang yuuk
, biar cepet selesai”
BERGEMURUUUUUHHH…hahahaha… efek Valium!!!!! Kau dimana…. !?!?!?!?
Okey…takut sih enggak…Cuma agak sedikit ngga tenang…bagaimana kalo terjadi hal yang ngga diinginkan??? Haha…saya ngga ingin membahas beberapa ketakutan itu disini. Ntar pembaca jadi ikutan takut. Ga lucu…nakut2in pasien..

Yaaaakkk…operasi dimulai, ngga seburuk yang saya kira. Dibius seperti biasa, prosedur seperti biasa, dijahit seperti biasa. Dan itu berlangsugn hamper setengah hari dengan 4 kali pengulangan prosedur.

2 minggu berikutnya….SEMMBBUUUHHHHHH!!!! meskipun belum sembuh benar…pembengkakan pasca operasi sudah mulai hilang, gerak mulut jadi normal dan bertekad serta meyakinkan diri bahwa itu odontektomi pertama dan terakhir dalam hidup saya. TerimaKasih kepada Eddy A. Ketaren., drg., SpBM. yang telah bersusah payah mengeluarkan gigi saya….. hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan beliau.Amin.


Kedaruratan Trauma Maksilofasial


Siang ini…2:26 PM. Bosen dengan proses belajar menuju ujian Kompetensi Nasional. Saya berusaha sedikit meluangkan waktu untuk mengetik beberapa tips buat para klinisi. Semoga bermanfaat…


Kedaruratan trauma maksilofasial merupakan suatu penatalaksanaan tindakan darurat pada orang yang baru saja mengalami trauma pada daerah maksilofasial (wajah). Misalnya: kecelakaan lalulintas, jatuh tertimpa tangga, berkelahi dengan tetangga dan sebagainya.
Disini saya akan membahas tentang “Sikap dan penatalaksanaan ketika didatangi atau mendatangi ehm…maksud saya tiba2 mendapati pasien trauma maksilofasial”. Yaaahhhh…mana tauuuuu, ada orang dijalan ato tetangga yang membutuhkan pertolongan kita…sebagai klinisi setidaknya kita dapat membantu bukaan??

Contoh kasus: Pasien umur 20 tahun, pria (brondong ciin), berkulit putih, berkebangsaan Australia (ga penting), belum menikah (lebih ga penting), bermata coklat (paling ga penting) datang dengan kondisi syok pasca kecelakaan lalulintas. Nah…apa yang harus kita lakukan sebagai klinisi baikhati dan budiman???

Primary Survey
Pengelolaan trauma memerlukan kejelasan dalam menetapkan prioritas. Tujuannya adalah segera mengenali cedera yang mengancam jiwa pasien. Seperti Obstruksi jalan  nafas, cedera dada dengan kesukaran bernafas, perdarahan berat eksternal dan internal, dan cedera abdomen. Ingat hanya dilakukan selama 2-5 menit…lewat dari situ… semoga beliau diterima disisiNya dan dan beristirahat dengan damai RIP
Yang termasuk dalam survey primer (pemeriksaan pertama) adalah:
ABCDE ( Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) 

Airway : menilai jalan nafas, apakah pasien bisa bernafas??? Kalo ngga bisa. Periksa rongga mulutnya, mana tau ada gigi palsu, sampah, ato sejenisnya yang menghalangi jalan nafas pasien. Setelah itu dapat dilakukan Chin lift(pengangkatan dagu) atau jaw Thrust (pengungkitan rahang), suction seluruh cairan dan darah dari rongga mulutnya, bila perlu lakukan intubasi trachea(apabila anda berkompetensi melakukannya silahkan bila tidak…segera telpon ambulance)

Breathing : menilai pernafasan,  jika pasien masi sadar dan dapat berbicara…maka jlan nafas dan pernafasan baik. Apabila tidak maka perlu dinilai ulang:
Apakah ada rongga dada yang terluka?? Segera tutup jika ada luka robek pada dinding dada, selanjutnya bantu dengan pernafasan buatan.

Circulation : menilai sirkulasi peredaran darah, hentikan perdarahan eksternal.
Lakukan penekanan untuk menghentikan perdarahan sementara.

Disability : menilai kesadaran dengan cepat, bagaimana respon pasien terhadap nyeri. Sadar atau tidak? Ingaaat!!! Ngga dianjurkan untuk mengukur dengan GCS…kenapa??? Lamaaaaaaaaa!!!!!!!  Cara yang paling cepat dan jelas yakni  AVPU: Awake, Verbal(respon bicara), Pain (respon Nyeri), Unrespond (tidak ada respon sama sekali).

Exposure: menilai keseluruhan tubuh.jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, segera lakukan immobilisasi inline

Selama dilakukan Primary Survey diatas….jangan lupa untuk segera memanggil Ambulance ke lokasi kejadian. Karena Secondary Survey biasanya dilakukan dirumah sakit oleh orang2  lebih berkompeten yang juga memiliki sarana dan prasarana yang lebih memadai.  Selamat mencoba… #eh  


Penanganan Tindakan Minor Pada Pasien di Masa Kehamilan


Tulisan ini saya buat ketika masih berada di stase BedahMulut,pada saat itu Olivia Avrianty Hanafiah., drg., SpBM adalah dokter pembimbing saya. Setiap anak didik bimbingannya diharuskan membuat sebuat tulisan ilmiah dengan judul yang ia tentukan....voilaaaa!!! inilah dia...semoga bermanfaat bagi teman2 klinisi lainnyaaa!!!! Bagi teman2 lain yang kurang mengerti...silahkan bertanya....



Pendahuluan
 Sebenarnya perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan relatif aman. Tetapi dokter gigi harus tetap mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan calon , bayi yang sedang berkembang. Keadaan ini memberikan perhatian yang cukup serius bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi juga harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu kadang-kadang perlu bagi dokter gigi untuk menunda perawatan gigi dan mulut terutama sekali pada trimester pertama dan di akhir trimester ketiga dengan alasan pertimbangan riwayat medis pasien. Konsultasi dengan dokter ahli kandungan ada baiknya dilakukan bila ibu hamil memiliki faktor resiko terhadap perawatan yang akan dilakukan. 1
Kehamilan bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan sebuah keadaan normal dari siklus tubuh wanita; walaupun demikian, perawatan khusus diperlukan ketika wanita akan menjalani suatu proses bedah minor, agar embrio yang sedang tumbuh dan ibunya sendiri tidak berada dalam keadaan bahaya. Resiko yang paling tinggi didapat pada trisemester pertama, karena setiap intervensi yang dapat menyebabkan hipoksia memiliki efek yang berbahaya pada embrio atau dapat menyebabkan keguguran secara spontan. Oleh karena itu, selama trisemester pertama dan kedua, setiap prosedur bedah pada pasien hamil yang memiliki riwayat keguguran spontan harus dihindari. Jika, keadaan darurat (seperti: abses dentoalveolar akut), pasien dapat ditangani setelah dilakukan konsultasi dengan dokter kandungannya.  Selama trisemester kedua, pasien yang tidak memiliki  riwayat keguguran spontan tidak memiliki resiko, asalkan prosedur bedah dilakukan dalam jangka waktu pendek dan rasa sakit seminimal mungkin. Sedangkan pada trisemester ketiga, setiap prosedur bedah harus dihindari pada hari-hari terakhir kehamilan, karena kemungkinan dari lahirnya bayi pada saat prosedur bedah.
            Pada setiap kasus yang memerlukan pemberian obat anti kecemasan, analgetik dan antibiotik harus dikonsultasikan dahulu pada dokter kandungan pasien, terutama jika pasien hamil ini memiliki penyakit sistemik yang memerlukan penanganan dirumah sakit segera.2

KEHAMILAN
 Lama kehamilan rata-rata terhitung mulai hari pertama menstruasi terakhir untuk wanita yang sehat kurang lebih 280 hari atau 40 minggu. Sudah menjadi hal yang lazim untuk membagi kehamilan dalam tiga bagian yang sama atau trimester atau masing- masing 13 minggu atau 3 bulan kalender .
Dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis di dalam tubuli, seperti perubahan sistem kardiovaskular, hematologi, respirasi dan endokrin. Kadang-kadang disertai dengan perubahan sikap, keadaan jiwa ataupun tingkah laku .
Pada trimester pertama, wanita hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang- kadang mengalami muntah-muntah.Selama trimester kedua pembesaran perut mulai terlihat dari gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Rasa lesu,mual dan muntah-muntah biasanya menghilang. Akhir trimester ini detak jantung janin dapat didengar dengan menggunakan stetoskop  
Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya volume darah sekitar 30% dan kardiac output sekitar 20 -40%. Terjadi sedikit penurunan tekanan darah dengan kemungkinan terjadinya kehilangan kesadaran dan postural hipotension. Pada akhir kehamilan 1.0% wanita hamil mengalami syndrom supine hypotension yang diakibatkan karena janin menekan vena cava inferior dan terhalangnya venous return ke jantung pada waktu posisi terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan kesadaran .
Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan suatu proses yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua sistem utama organ terbentuk dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada trimester ini pemberian obat dan , radiograph harus dipertimbangkan dan sebaiknya konsultasi ke dokter ahli untuk menghindari terjadinya kecacatan.1

Penanganan Tindakan Minor pada Pasien di masa keHamilan
Pertimbangan utama saat memberikan pelayan pada pasien hamil adalah mencegah kerusakan genetik pada fetus. Dua area dari tindakan bedah mulut yang dapat menyebabkan kerusakan pada janin adalah :
1.      Dental radiografi
2.      Pemberian Obat
Selain pertimbangan utama diatas, perlu juga diperhatikan pertimbangan dental pasien pada masa kehamilan, yakni: